Berita Hoax Dan Sinergi Cegah Tangkal


Dari Wikipedia, Hoax didefinisikan sebagai pemberitaan palsu (bahasa Inggris: hoax) berisi informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.

Salah satu faktor penyebaran hoax dikarenakan rendahnya literasi digital masyarakat kita.

Literasi digital merupakan ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat. 

Data Survei CIGI-Ipsos 2016
Seperti dikutip dari Kompas.com, Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menuturkan bahwa sebagian besar masyarakat saat ini cenderung memercayai segala informasi yang beredar di internet tanpa melakukan klarifikasi. Menurut hasil survei CIGI-Ipsos 2016, sebanyak 65 persen dari 132 juta pengguna internet di Indonesia percaya dengan kebenaran informasi di dunia maya tanpa cek dan ricek.  

Dalam kesempatan tersebut disampaikan juga bahwa warga negara maju seperti AS ternyata juga masih banyak yang percaya hoaks, jumlahnya 53% dari seluruh pengguna internet di sana. Kalau Perancis presentasenya sekitar 43%, sedangkan Jepang lebih rendah lagi, yakni hanya 32%.

Hoax dan Peran Literasi Digital 
Sebagaimana hasil survei CIGI-Ipsos pada 2016 yang menyampaikan 65 persen masyarakat Indonesia masih percaya hoax memang benar adanya.

Seperti beberapa waktu lalu, Facebook dihempas kabar dugaan penyalahgunaan data 50 juta penggunanya oleh lembaga konsultan publik yang bermarkas di London, Cambridge Analytica. Informasi pengguna Facebook tersebut diduga digunakan untuk kepentingan pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2017 lalu.

Seiring marak pemberitaan bobolnya data di Facebook, para pengguna FB di Indonesia juga dihebohkan himbauan sebuah akun untuk mengetik Bff. Menurut akun tersebut dengan ketik Bff akan diketahui akun kita aman atau tidak.
Pesan tersebut berbunyi:
"Ketik Bff dikomentar kalau hijau berarti aman kalau hitam cepat ganti kata sandi"




Pada kasus ketik Bff, kita bisa langsung search di Google  untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan. Dan hasilnya memang benar Bff masih terkait dengan  sebuah fitur milik Facebook yang dinamai Text Delight yang diluncurkan pada tahun 2017 lalu dan tidak terkait dengan pembobolan data pemilik akun.
Seperti dilansir dari Mashable, fitur Text Delight merupakan cara Facebook agar tulisan pada status ataupun komentar lebih bervariasi dan berwarna.  Sehingga ketika pengguna menuliskan kata tertentu seperti "Bff", "Rad", "LMAO", "Thank You So Much","Congratulations atau Congrats'', atau kata "You Got This", maka otomatis kata-kata tersebut akan berubah warna dan juga ada efek animasi.
Berdasarkan penelusuran melalui literasi digital bahwa ketik Bff merupakan  informasi  Hoax. Tidak memerlukan waktu lama (cukup 1 menit) untuk cek dan mengambil kesimpulan.
Anehnya ribuan orang terperdaya dengan informasi tersebut bahkan sampai saat ini masih terus bertambah orang-orang yang mengomentari akun tersebut.

Sinergitas penanganan Hoax
Belajar dari berbagai kasus berita hoax di tanah air, pada sektor hulu/para stake holder seperti Kemenkominfo, Polri dan Badan Siber dan Sandi Negara memang dituntut aktif melakukan cegah tangkal dan tindak tegas terhadap penyebar konten hoak/fake news dengan:
  • Memberikan edukasi penggunaan Medsos kepada masyarakat.
  • Meningkatkan kapasitas literasi digital pengguna Medsos.
  • Menyediakan Website aduan konten Hoax.
  • Kerjasama Patroli Siber.
  • Kerjasama penanganan Tindak Pidana Siber.
Sedangkan di sektor hilir, masyarakat juga harus berpartisipasi secara aktif menjadi agen pemutus rantai hoax dengan turut serta membangun dan mengembangkan literasi digital kepada anak, saudara dan lingkungannya untuk:
  • Menggunakan akses media sosial secara produktif.
  • Mengelola informasi disertai dengan kemampuan untuk mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasinya agar tidak terjebak dalam rantai penyebaran hoax.
  • Sampaikan HOAX, kepada sesama pengguna media sosial sertai dengan data hasil penelusuran, klarifikasi atau kajian sebagai data untuk melakukan counter hoax.